I.
Bangunan Arsitektur Berkelanjutan
A. Rumah Botol Ridwan Kamil ( Bandung, Indonesia)
1.
Konsep Material
Terletak di kota berhawa sejuk,
Bandung, Indonesia, arsitek yang akrab disapa dengan sebutan Emil ini membangun
rumahnya dari 30,000 botol kaca bekas minuman energi. Emil memilih botol
minuman berenergi merk terkenal ini karena menurutnya botol minuman ini tidak
dikumpulkan kembali oleh si pemilik industri untuk diisi ulang, seperti yang
biasanya dilakukan oleh minuman ringan kemasan botol yang banyak beredar di
pasaran. Emil mengumpulkan puluhan ribu botol kaca bekas itu selama 2 tahun!
Ini menunjukkan komitmennya yang sangat tinggi terhadap konsep rancangan dan
idenya untuk sekaligus mengurangi sampah di kotanya.
Selain memadupadankan rancangan
rumah botolnya dengan kayu, Emil juga menggabungkan susunan botol dengan glass
block di beberapa bagian. Guna meminimalkan penggunaan cat di bagian
luar bangunan, sang arsitek juga membiarkan beberapa bagian beton terekspos dan
menampilkan warna natural betonnya. Aksentuasi kontras diperoleh dari
penggunaan furnitur dan elemen interior lainnya di bagian dalam rumah.
2.
Kontruksi
Proses pengerjaan konstruksi
rumah tersebut harus tertunda selama 6 bulan karena Ridwan Kamil berupaya
mengumpulkan lebih banyak botol (yang pada akhirnya berjumlah 30.000 buah)
untuk dipasang. Botol-botol kaca bekas tersebut ditata dengan apik ke dalam
berbagai bentukan bingkai yang terbuat dari besi, ada bingkai yang berukuran
kecil dan ada yang besar, tergantung kepada peletakan dan fungsinya terhadap
ruang di dekatnya. Hasilnya yaitu sebuah tampilan rumah dengan nuansa warna
coklat (warna botol kaca) yang terkesan natural. Beliau membangun rumah botol
ini secara bertahap, blok demi blok, disesuaikan dengan anggaran yang tersedia.
Yang menarik, beliau sama sekali tidak menuangkan idenya ke dalam gambar
rancangan. Semua mengalir begitu saja mengikuti feel. Pelaksanaan
konstruksinya semua berdasarkan instruksi lisan saja.
II.
Bangunan Ramah Lingkungan
A.
ACROS
Fukuoka Prefectural International Hall, Jepang
1.
Bahan Material
Acros Fukuoka
dibangun setelah gedung kantor pemerintah prefektur Fukuoka sebagai gaya masa
depan sebuah kompleks komersial di Maret 1993. Pendirian komersial dan
fasilitas budaya seperti gedung simfoni yang rapi dan kompak dibangunan ini. Di
sisi jalan utama, bangunan ini dirancang dengan gaya gedung perkantoran seperti
biasa dengan menggunakan dinding berlapis kaca. Di sisi lain, sisi utara
bangunan mengadopsi gaya taman bertingkat. Dengan tampilan demikian
bangunan ini didirikan dengan menggabungkan konsep dan gaya desain yang berbeda
dalam satu bangunan.
Diseberang
bangunan menghadap ke jalan keuangan yang paling penting dari
Fukuoka. Terdiri dari kaca bergaris, dengan setiap lantai miring untuk
memantulkan orang yang lewat di bawah. Fasad vertikal dengan setiap lantai
lebih tinggi bertingkat-tingkat, menciptakan efek tenda di atas
trotoar. Atap menjorok memberikan kesan pelindung untuk pejalan kaki
yang sebenarnya menggunakan desain badan bangunan sendiri. Lapisan
tingkat akhir di atas menciptakan efek dari 45 besar ° cornice overhang di tepi
jalan, menentukan pintu masuk publik sekaligus meningkatkan kesan bangunan
perkotaan pada bangunan.
2.
Sistem Perencanaan
Tujuan
pembangunan ACROS Fukuoka adalah memberikan dukungan dalam meningkatkan
pelayanan sebagai pusat pertukaran internasional, budaya dan informasi, untuk
mempromosikan jaringan pertukaran budaya dan informasi, sekaligus untuk
mempromosikan budaya di Prefektur Fukuoka, untuk memberikan informasi tentang
budaya dan memfasilitasi pertukaran, dan dengan demikian memberikan kontribusi
baik kemajuan budaya bagi warga Fukuoka dan vitalisasi masyarakat setempat.
Desain untuk ACROS Fukuoka mengusulkan solusi baru yang kuat untuk masalah
perkotaan yang umum:
mendamaikan keinginan pengembang untuk penggunaan menguntungkan
penggunaan lahan secara komersil dengan kebutuhan masyarakat untuk ruang
terbuka hijau. Rancangan Fukuoka memenuhi baik kebutuhan dalam satu
struktur dengan menciptakan model agro-perkotaan yang inovatif.
Wajah utara
yang menyajikan fasad perkotaan elegan dengan pintu masuk formal yang layak
untuk sebuah bangunan di jalan paling bergengsi di distrik keuangan Fukuoka.
Lahan yang
digunakan adalah yang terakhir berkembang di pusat Fukuoka. Gedung ini memilih
untuk mengembangkan lahan dalam usaha bersama dengan perusahaan swasta.
Sebagian ruang bangunan akan dikhususkan untuk operasi umum dan
kota. Dalam proposal, para pengembang berlomba-lomba berusaha untuk
memaksimalkan potensi pendapatan. Di sisi lain, arsitek prihatin tentang
dampak pembangunan pada berdekatan Tenjin Central Park-satunya hijau ruang
terbuka di bagian kota. Untuk semaksimal mungkin, arsitek ingin memberikan
kembali kepada warga Fukuoka seluruh tanah bangunan untuk mengurangi dampak
buruk pembangunan. Ambasz yang memegang proyek ini berhasil mencapai
rekonsiliasi antara dua keinginan yang berlawanan: menggandakan ukuran taman
sambil memberikan kota Fukuoka dengan simbol struktur yang kuat di pusatnya.
Sisi selatan
Hall meluas sebuah taman yang ada melalui seri taman bertingkat yang mendaki
tinggi penuh bangunan, yang berpuncak pada koridor megah yang menawarkan
pemandangan pelabuhan kota.
Sepanjang tepi
taman, bangunan meningkat ke atas, lantai demi lantai, dalam tingkat rendah,
teras taman. Setiap lantai teras berisi kebun untuk meditasi, relaksasi,
dan refreshing diri dari kemacetan kota, sedangkan teras menjadi grand
belvedere, memberikan pandangan yang tak tertandingi dari Teluk Fukuoka dan
pegunungan sekitar. Serangkaian tangga kaca memantulkan kolam pada teras
dihubungkan oleh penyemprotan jet air, untuk membuat tangga seperti air terjun
untuk menutupi suara kebisingan kota di luar. Kolam ini terletak langsung
di atas atrium kaca dalam pusat gedung, membawa cahaya menyebar ke dalam
melalui kaca clerestory yang memisahkan kolam renang.
III.
Arsitektur Berwawasan Lingkungan
Ekologi arsitektur
adalah keselarasan antara bangunan dengan alam sekitarnya, mulai dari
Atmosfer, biosfer, Lithosfer serta komunitas. Unsur-unsur ini berjalan harmonis
menghasilkan kenyaman, kemanan, keindahan serta ketertarikan. Eko arsitektur
telah lama diterapkan di Eropa, Amerika dan Asia tentunya, dimulai dengan
perencanaan resort, villa, lodge, dan taman yang bertujuan sebagai tempat
peristirahatan, rekreasi, camping ground,atau lainnya, sementara nilai – nilai
ekologi adalah kewajiban yang dibawa ke dalamnya. Namun, setelah semakain
banyak timbulnya bencana, nilai-nilai ekologi diterapkan kembali sebagai suatu
prioritas.
Eko berasal dari kata ekologi yang
artinya adalah lingkungan (lingkungan yang terpelihara mulai dari Atmosfer,
Biosfer, dan Lithosper), sedangkan Arsitektur adalah, suatu bentuk atau masa,
atau juga tata ruang yang terencana secara fungsional yang direncanakan oleh
arsitek serta disiplin ilmu lain yang terlibat di dalamnya, maka Eko
Arisitektur adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan tidak hanya bentuk
masa bangunan, material, tata ruang ataupun nilai kearifan lokal yang ada,
namun juga kepedulian kita sendiri terhadap bangunan tersebut, bagaimana kita
mengartikan fungsi dari pada bangunan tersebut,bagaimana kita mengelolanya, dan
bagaimana kita merawatnya.
Eko Arsitektur berfungsi sebagai
sarana edukasi serta analisis untuk mewujudkan fasilitas fisik berwawasan
lingkungan, dengan dilakukannya perencanaan secara Eko Arsitektur, maka akan
terwujudkan keselarasan antara fasilitas fisik dengan Lingkungan.
(Sumber
WIkipedia)
A.
Jepang
1.
Ciri-ciri dan Konsep Jepang Berwawasan LIingkungan
Sebagai salah
satu negara di Asia, Jepang termasuk dalam kategori negara yang sangat
produktif dalam memproduksi sampah hal ini karena Jepang yang termasuk dalam
kategori negara dengan populasi sangat padat dan kebanyakan kegiatan industri
serta populasinya terpusat di kota, dikatakan mempunyai rata-rata sampah padat
perkotaan yang tinggi. Konsekuensinya adalah Jepang tengah menghadapi berbagai
persoalan lingkungan yang menekan, seperti kekurangan lahan untuk penimbunan
sampah, dan ancaman kehabisan sumber daya alam untuk masa yang akan datang.
Semua persoalan ini dinilai dapat menghambat pertumbuhan ekonomi Jepang. Jika
dikaji lebih dalam hal ini sepaham dengan Smith bahwa sumber daya alam yang tersedia merupakan
wadah yang paling mendasar dari kegiatan produksi suatu masyarakat. Jumlah
sumber daya yang tersedia merupakan batas maksimum bagi pertumbuhan suatu
perekonomian. Maksudnya jika sumber daya ini belum digunakan sepenuhnya, maka
jumlah penduduk dan stok modal yang ada yang memegang peranan dalam pertumbuhan
output. Tetapi pertumbuhan output tersebut akan berhenti jika semua sumber daya
alam tersebut telah digunakan secara penuh.
Untuk dapat
mempertahankan pembangunan negara di masa depan, maka pemerintah Jepang
berusaha memfokuskan perhatiannya pada persoalan sampah. Sejak pertengahan abad
ke-19, di Jepang, seiring dengan laju modernisasi konsentrasi populasi
khususnya daerah perkotaan berkembang pesat sehingga kesehatan masyarakat
menjadi masalah serius, dan penguburan sampah mulai dibatasi, di sisi lain
pembakaran sampah mulai dianjurkan. Kemudian, pada tahun 1900 dibentuklah
undang-undang pembuangan sampah, yang menjadikan tugas pengolahan sampah
sebagai tanggung jawab pemerintah, sehingga sejak itu dimulailah era
pembakaran.
Jepang boleh
dibilang memiliki sistem daur ulang terbaik di dunia. Hal ini karena
undang-undang Home Appliance disahkan untuk mendorong warganya dan bisnis untuk
secara aktif berpartisipasi dalam daur ulang. Di Jepang 50% dari semua limbah
padat didaur ulang, sebaliknya, AS hanya mendaur ulang 30%. Undang-undang
tersebut mengharuskan pelanggan membayar biaya daur ulang saat membuang
peralatan rumah, bahwa pengecer mengambil kembali peralatan dibuang dan
mengantarkan produk ke produsen, bagi yang memproduksi memiliki proses daur
ulang yang efektif untuk item tersebut. Dalam banyak situasi hukum ini
mendorong perusahaan untuk membuat produk mereka lebih didaur ulang.
Undang-undang mengharuskan bahwa setidaknya 55% dari setiap televisi dibuang
harus didaur ulang. Dengan hukum memberikan insentif hukum dalam kombinasi
dengan manfaat biaya untuk menggunakan bahan daur ulang.
Norman Andi Lestara
25315094
2TB03