KRITIK ARSITEKTUR DESKRIPTIF :
ARSITEKTUR MIMESIS
PENERAPAN KONSEP TEORI MIMESIS PADA BANGUNAN
TEATER KEONG MAS TMII DI JAKARTA
ABSTRAK
Mimesis pada awalnya berasal
dari zaman Yunani kuno, ketika mereka ingin mengkarakterisasikan dasar-dasar
alamiah dari lukisan dan pahatan, puisi dan music, tarian dan teater yang pada
zaman modern disebut seni. Sebagian dari mereka yang hidup pada zaman itu
menyebutnya dengan istilah mimemata
(asal kata : mimema) yang pada akhirnya menghasilkan sebuah karya yang disebut
mimesis. Beberapa kata dalam bahasa Yunani kuno sering dihubung-hubungkan
dengfan mimesis, diantaranya mimema (imitasi), eikon (image) dan homoioma
(mempersamakan) yang menghadirkan suatu pengertian yang lebih luas lagi tentang
mimesis. Perbedaan paling mendasar dari teori mimesis terletak di antara mimena
dan hal yang nyata/asli. Misalnya sebuah rumah adalah hal yang nyata sedangkan
lukisan ataupun pahatan yang menyerupai sebuah rumah adalah sebuah mimena,
sesuatu yang seperti rumah tetapi bukan sebuah rumah.
Pada saat ini mimesis dikenal dan
dihargai sebagai salah satu teori seni yang tertua, hal ini bias dilihat dari
peminjaman bentuk, maupun gerakan dari alam yang dijadikan inspirasi dalam
karya manusia modern, baik itu dalam bentuk bangunan kuno (misalnya Sphinx di
Mesir) dan karya seni tarian yang mengikuti gerak alam, bahkan ilmu bela diri
yang mengadaptasi gerakan dari binatang.
Rudolf Arnhein, berpendapat bahwa
bermain dengan peniruan (dalam seni) adalah aspek kehidupan yang menyenangkan,
sebuah kondisi yang dapat diterima oleh umum. Dalam perluasannya, ia menetapkan
konsep ‘borrowing’ (meminjam) dalam istilah imitasi (peniruan) dalam seni
seperti ketika harus meminjam rasa tegang, gejolak hati, dan rasa senenag
setelah memenangkan pertarungan, tanpa memperhatikan akibat-akibatnya yang
merugikan dan menyakitkan.
Konsep mimesis melalui imitasi juga
menunjukkan adanya ‘borrowing’ (meminjam) dan ‘derivation’ (menjiplak) atau
mengambil (sebagian) dari asalnya, bukan seluruhnya. Karena jika hal ini
dilakukan, dapat dikategorikan sebagai usaha melakukan copying. Sesuatu yang
dianggap ‘inferior’ (merendahkan martabat/derajat) oleh mayoritas gerakan
modern estetika murni, sama jeleknya dengan istilah-istilah ‘elektik’dan
‘derivatif’, yang juga dianggap sebagai usaha untuk melarikan diri dari
kemampuan melakukan imitasi yang benar.
Kata Kunci :
Arsitektur Mimesis, Mimesis, Teori Mimesi
PENDAHULUAN
Teater Imax Keong Emas
berbentuk keong raksasa, merupakan tempat pemutaran dan pertunjukan film khusus
dengan teknologi canggih, didirikan atas prakarsa lbu Tien Soeharto, dan mulai
dioperasikan pada tanggal 20 April 1984.
Gedung teater yang sangat khas
ini dimaksudkan sebagai sarana rekreasi yang mendidik guna memperkenalkan
kekayaan alam dan budaya bangsa melalui tanyangan film layar raksasa dengan
menggunakan kecanggihan teknologi sinematografi modem Proyektor IMAX.
Menonton film di teater ini,
penonton serasa ikut berada di dalamnya dan ikut pula berperan sebagai pemain. Teknologi
film imax menunjukkan kecanggihan dan kemampuannya untuk menimbulkan daya tarik
kuat yang membuat penonton berdecak kagum.
Beberapa film tersedia untuk
diputar, antara lain film Indonesia Indah I, Indonesia Indah II (Anak-anak
Indonesia), Indonesia Indah III (Indonesia Untaian Manikam di Khatulistiwa),
dan Indonesia Indah IV (Aku Bangga Menjadi Anak Indonesia). Semuanya
menunjukkan keindahan lingkungan, kekayaan alam, dan keragaman budaya Indonesia.
Dalam perkembangan selanjutnya
pemutaran film tidak hanya menampilkan film-film seri Indonesia Indah saja,
namun juga diselingi pemutaran film-film impor yang bernuansa pendidikan dengan
tema-tema hiburan, ilmu pengetahuan dan teknologi, serta tema-tema lingkungan
hidup. Sejak tahun 1984 Teater Imax Keong Emas telah memutar 20 judul film
impor dengan masa sewa antara 1 dan 2 tahun. Film-film itu antara lain To Fly,
Speed, Blue Planet, The Living Sea, Forces of Nature, T-Rex, The First Emperor
of China, Island Adventure, dan Mistic India. Pada tahun 2004, teater ini mampu
meng-upgrade sistem dan sekaligus memutar film IMAX DMR (Digital Re-Mastering),
yakni teknologi revolusioner yang memungkinkan transfer film laga format 35 mm
ke dalam IMAX EXPERIENCE 70 mm.
KAJIAN PUSTAKA
1.
Mimesis
Mimesis adalah sebuah proses peniruan. Mimesis ada
di dalam diri setiap manusia sehingga proses peniruan ini juga menjadi proses
terciptanya budaya. Secara sistematis, Mimesis terjadi karena kita menjadikan
orang lain sebagai model.
2.
Teater
Teater (Inggris: theater atau theatre; Prancis
théâtre; kata teater sendiri berasal dari kata theatron (θέατρον) dari bahasa
Yunani, yang berarti "tempat untuk menonton") adalah istilah lain
dari drama, tetapi dalam pengertian yang lebih luas, teater adalah proses
pemilihan teks atau naskah, penafsiran, penggarapan, penyajian atau pementasan
dan proses pemahaman atau penikmatan dari public atau audience (bisa pembaca,
pendengar, penonton, pengamat, kritikus atau peneliti). Proses penjadian drama
ke teater disebut prose teater atau disingkat berteater. Teater bisa diartikan
dengan dua cara yaitu dalam arti sempit dan dalam arti luas. Teater dalam arti
luas adalah sebagai drama (kisah hidup dan kehidupan manusia yang diceritakan
di atas pentas, disaksikan orang banyak dan didasarkan pada naskah yang
tertulis). Dalam arti sempit, teater adalah segala tontonan yang dipertunjukkan
di depan orang banyak contohnya wayang orang, ketoprak, ludruk dan lain-lain.
PEMBAHASAN
Teater Keong Mas
Gambar 1 : Teater Keong Mas
Teater IMAX
Keong Emas adalah satu wahana rekreasi bermatra pendidikan dan merupakan icon
Taman Mini "Indonesia Indah" (TMII). Mengamban misinya sebagai wahana
pelestarian dan pengembangan budaya bangsa Indonesia melalui penayangan audio
visual dengan menggunakan teknologi Sinematographi Modern IMAX. Teater Imax
Keong Emas diresmikan pada tanggal, 20 April 1984 dan dibangun atas prakarsa
serta gagasan Almarhumah Ibu Hj. Tien Seoharto serta merupakan teater IMAX
pertama di Indonesia. Gedung teater-nya yang unik merupakan milik bangsa
Indonesia yang boleh dibanggakan karena sejak perencanaan hingga selesainya
pembangunan, seluruh pekerjaannya ditangani oleh tenaga ahli dari bangsa
sendiri yang hasil arsitekturnya dikagumi dan dipuji oleh bangsa lain.
Secara arsitektur,
segi akustik sangat berperan dalam rancangan teater ini. Berbagai sarana dan
panil penyerap suara (akustik) ditempatkan secara strategis pada lokasi
tertentu di seputar teater, sehingga diperoleh pantulan suara yang jelas dan
sempurna. Tata suara dirancang sedemikian rupa untuk menunjang penyajian teater
IMAX yang prima. Penataanya dilengkapi dengan pembagian frekuensi yang luas,
derajat suara yang tinggi dan tingkat penyebaran suara yang sama. Dengan efek
khusus pada bass, penataan yang dilengkapi kekuatan listik 6.200 watts
menghasilkan musik yang berkesinambungan.
Gambar 2 : Interior Gedung Teater Keong Mas
Gedung Teater Imax Keong
Emas berkapasitas tempat duduk reguler sebanyak 811 orang dan VIP sebanyak 36
orang, layar berukuran 21,5 x 29,3 m serta dilengkapi dengan menggunakan
teknologi sinematographi modern proyektor IMAX format film 70 mm. Sistem ini
dapat memberikan kwalitas gambar dan pengaruh kepada penonton sehingga
seolah-olah penonton itu sendiri ada dalam setiap adegan film yang ditonton.
Perancangan Gedung
Teater Keong Mas TMII menggunakan teori mimesis atau imitasi
dari bentuk cangkang keong spiral tanpa memikirkan fungsi keong secara
alamiahnya. Struktur bangunan ini melengkung, tipis, kaku dan kuat seperti
halnya struktur dari cangkang keong mas aslinya sendiri.
Gambar 3 : Analogi Desain Dari Keong Mas
Analisa Struktur :
- Struktur
Rangka : Kolom, Balok, Plat Lantai, dan Atap Cangkang Bentuk Spiral
(Shell)
- Diameter
Atap : 46 M
- Tebal
Atap : 20 Cm
- Bahan
Atap : Beton Bertulang
- Pondasi Tiang
Pancang Kedalaman 18 M
Analisa Bentuk Bangunan :
- Mengambil
estetika bentuk cangkang keong (Sinitral Shell)
- Cangkang depan
sebagai hall
- Cangkang
belakang sebagai ruang teater
- Warna emas
berdasarkan warna keong yang eye-catching
Data Teknis :
- Lokasi : Taman
Mini Indonesia Indah, Jakarta Timur
- Fungsi :
Teater IMAX
- Arsitek : Dpl.
Ing. Eddy W Utoyo, IAI, Ir. Timmy Setiawan, IAI, Ir. Frangky Du Ville,
IAI, Ir. Djoeachir, IAI, Ir. Iman Sudibyo, IAI
- Ahli Struktur
: Ir. Paul Retika, Msc
- Pembangunan :
1982
- Luas lahan :
7245 m2
- Luas bangunan
: 3250 m2
- Material
struktur : Beton dan baja
Gambar 4 : Denah Lantai Atas
Gambar 5 : Potongan A-A
Gambar 6 : Pola Sirkulasi
KESIMPULAN
Mimesis adalah salah satu
altennatif dalam perancangan yang menghadirkan kembali rupa awal dengan
melakukan perubahan-perubahan sehingga hadirlah sebuah karya yang bcrsifat
ganda. Sebuah siluman, sebuah karya yang dapat dikatakan sebagai representasi
dari rupa awal, tetapi sekaligus dapat pula dikatakan sebagai sebuah karya
original yang benar - benar baru. Pengubahan - pengubahan yang dilakukan bisa
berupa penggantian fungsi, pengubahan ukuran, pemindahan posisi dan berbagai
teknik pengubahan bentuk arsitektural sehingga melahirkan sebuah karya original
yang tetap memiliki hubungan erat yang
tak terpisahkan dengan rupa awal. Gedung Teater Keong Mas ini berhasil
menghadirkan kembali rupa awal dalam perancangannya dengan melakukan
perubahan-perubahan yang menghasilkan sebuah karya bersifat ganda tersebut dan
menjadikan bangunan ini “iconic” yang bagus dilingkungannya.
SUMBER
http://www.keongemas.com/
http://tessaiver.blogspot.com/2011/09/mimesis.html
http://galihdegal.blogspot.com/2017/01/kritik-arsitektur-gedung-teater-keong
https://id.wikipedia.org/wiki/Teater_IMAX_Keong_Emas
https://prezi.com/jdsrvtz2duzo/perancangan-gedung-teater-keong-mas-tmii-menggunakan-teori-m/
http://deliawanockiardy.blogspot.co.id/2015/02/kritik-arsitektur-terhadap-bangunan.html