Konser Kolosal Angklung Digelar di Beijing
Angklung sebagai alat musik tradisional Jawa Barat
memiliki daya tarik bagi para wisatawan asing untuk belajar memainkannya
seperti terlihat di Saung Angklung Udjo, Kota Bandung, Jawa Barat, Jumat
(9/10/2009).
|
BEIJING, KOMPAS.com--Perhimpunan Persahabatan
Indonesia-Tiongkok (PPIT) akan menggelar konser kolosal 10 ribu angklung di
Beijing, akhir Mei 2013.
Ketua Umum Perhimpunan Persahabatan Indonesia-Tiongkok
(PPIT), Bondan Gunawan di Beijing, Kamis, mengatakan konser kolosal 10 ribu
angklung ini merupakan salah satu bentuk diplomasi budaya untuk mempererat
hubungan antarmasyarakat Indonesia dan China.
"Diplomasi itu aspeknya banyak, ada antarpemerintah,
antarpelaku bisnis, dan antarmasyarakat. Diplomasi antarmasyarakat terdiri atas
bidang budaya, olahraga dan ilmu pengetahuan. Konser kolosal angklung ini
merupakan bentuk diplomasi budaya," katanya menjelaskan.
Bondan mengatakan gagasan untuk menggelar konser kolosal 10
ribu angklung telah dimulai sejak satu hingga dua tahun lalu.
"Konser akan digelar di lapangan terbuka, dan dimainkan
oleh 10 ribu orang yang sebagian besar adalah pelajar, mahasiswa serta warga
masyarakat China," ungkap Bondan.
Namun, ada pula yang berasal dari masyarakat keturunan
Tionghoa dari Kalimantan, Surabaya sekitar 500 orang yang akan bergabung dalam
konser kolosal 10 ribu angklung tersebut, lanjutnya.
Konser kolosal 10 ribu angklung juga akan dicatatkan pada
Guiness Book of Records. "Sebelumnya telah ada konser kolosal 5.000
angklung yang digelar perwakilan Indonesia di Amerika Serikat pada 2011,"
kata Bondan.
Direktur Saung Angklung Udjo Taufik Hidayat mengatakan
konser kolosal 10 ribu angklung ini merupakan bentuk pelestarian alat musik
bambu khas Indonesia yang telah tercatat sebagai salah satu warisan budaya
dunia "The Intangible Heritages" UNESCO.
"Syarat untuk dapat bertahan tercatat sebagai warisan
budaya UNESCO adalah warisan budaya dimaksud harus terpelihara, terlindungi,
terpromosikan dan tergenerasikan. Jika upaya itu tidak dapat kita lakukan terus
menerus, angklung bisa dicabut statusnya sebagai warisan budaya dunia. Maka
itu, kita terus berupaya agar angklung tetap terpelihara, terlindungi,
terpromosikan dan tergenerasikan ," katanya.
Dalam konser kolosal angklung di Beijing Mei mendatang
selain mengerahkan 10 ribu angklung, Saung Angklung Udjo juga mengirimkan 40
orang untuk ikut terlibat.
"Selama konser kolosal angklung itu, akan dilantunkan
enam hingga tujuh lagu baik lagu Indonesia maupun China, yang akrab di telinga
masyarakat masing-masing kedua negara, seperti `Ayo Mama` dari Indonesia atau
`Yue Liang Dai Biao Wo De Xin` lagu dari China," katanya.
Taufik menambahkan, "Kami juga akan membawakan lagu
yang agak sulit seperti lagu dari Queen. Kami ingin menunjukkan bahwa alat
musik angklung mampu memainkan aransemen musik yang agak rumit,".
Tanggapan :
Dari contoh kasus diatas dapat dilihat bahwa kebudayaan
Indonesia telah mampu mendunia. Ini membuktikan bahwa budaya Indonesia yang
beragam tidak boleh dipandang sebelah mata dan budaya Indonesia juga mampu
tampil di pentas dunia, supaya masyarakat dunia tahu kebudayaan Indonesia yang
beragam.
Kita patut berbangga akan ini. Apalagi yang bermain alat
musik angklung di konser kolosal angklung yang digelar di Beijing, China
tersebut kebanyakan adalah warga China sendiri. Seperti juga yang terlihat pada
gambar diatas tampak wisatawan asing pun terlihat antusias memainkan alat musik
tradisional ini. Ini membuktikan bahwa alat musik ini memiliki daya tarik
tersendiri bagi para warga negara asing untuk memainkannya.
Konser kolosal 10 ribu angklung ini merupakan bentuk
pelestarian alat musik bambu khas Indonesia yang telah tercatat sebagai salah
satu warisan budaya dunia "The Intangible Heritages" UNESCO. Karena
seperti yang dikatakan oleh Direktur Saung Angklung Udjo Taufik Hidayat bahwa
"Syarat untuk dapat bertahan tercatat sebagai warisan budaya UNESCO adalah
warisan budaya dimaksud harus terpelihara, terlindungi, terpromosikan dan
tergenerasikan. Jika upaya itu tidak dapat kita lakukan terus menerus, angklung
bisa dicabut statusnya sebagai warisan budaya dunia. "
Maka dari itu, kita sebagai bangsa Indonesia yang memiliki
kekayaan budaya ini harus terus berupaya agar budaya Indonesia
termasuk angklung tetap terpelihara, terlindungi, terpromosikan dan
tergenerasikan.
*Sumber : http://oase.kompas.com/read/2013/03/22/09595895/Konser.Kolosal.Angklung.Digelar.di.Beijing
Tidak ada komentar:
Posting Komentar